Perpisahan

perpisahan anak SD
Anak-anak SDK Lamba-Ketang, Desa Ketang, Kecamatan Lelak, Manggarai, Flores, mengunjungi temannya untuk perpisahan seusai ujian nasional. - Dokpri.

Anak-anak itu berteriak di depan rumah. Suaranya kompak.

“Nano!!”

“Nano!!”

Saya langsung menyahut dari dapur, “Dia tidak ada di sini e!”

Saya mengira mereka yang berteriak itu adalah teman-teman bermain si Undu di kompleks. Barangkali mereka mau ajak main bola. Atau mancing belut di sawah dan main game pada ponsel pintar.

Lagian, di luar rumah gerimis dan kabut. Kami juga sedang ngopi, Sabtu sore ini, 10 Mei 2025. 

Maka dari itu, saya melarang si Undu pergi bermain. Saya lantas menyahut, “dia tidak ada di sini e.”

Tapi, sejurus kemudian, bapak saya menghampiri mereka. Disusul si Undu, ponakan saya ini.

Mereka malah semakin riuh. Di depan rumah, sore ini ramai. Disertai lolongan tiga anjing kecil, yang bertingkah aneh.

Mereka juga saling berpelukan. Bak serial kartun Teletubbies era 2000-an.

Berkelakar pula satu sama lain. Tinju-tinju dan tos.

Seseorang dari mereka mengeluarkan buah tangannya. Dibungkus plastik kantong merah. 

Rupanya oleh-oleh itu adalah biskuit dan kopi sachet.

Mereka, anak-anak itu adalah Riski, Arlan, Rafli, Fandi, Ain, dan Wayan Sedangkan Stefin datang kemudian. 

Delapan anak ini merupakan siswa Sekolah Dasar Katolik (SDK) Lamba-Ketang, Desa Ketang, Kecamatan Lelak, Kabupaten Manggarai, Flores. Mereka baru saja menyelesaikan ujian akhir, Sabtu siang.

Setelah bercerita dan bergurau di beranda rumah, delapan anak ini–ditambah si Nano atau Undu, menuju ke dapur. Lalu bikin kopi dan makan biskuit.

perpisahan anak SD
Nano dan teman-temannya berfoto saat ngopi. - Dokpri.

Menariknya, delapan anak ini, membuat sendiri kopinya. Pokoknya urus sendiri.

Mereka bercerita banyak. Tertawa dan ganda-ganda tidak karuan.

Saya menangkap pemandangan dari balik gelas kopi dan asap rokok yang mengepul. Beberapa diantaranya meneteskan air mata.

Tapi, yang lain, cerita jalan terus. Mengelilingi meja, di dapur seukuran ruang kelas.

Mereka membicarakan pertemanannya selama di sekolah. Ada banyak memang.

Misalnya, tindak-tanduk masing-masing, tingkah polah teman-teman, tabiat guru dan ihwal mata pelajaran.

Yang terpenting adalah cita-cita masing-masing. Tentu mereka menjawab pertanyaan saya dengan candaan. Pokoknya perpisahan sederhana. Sore yang santuy.

Diawali sekolah atau SMP apa yang mereka pilih. Begitu juga cita-cita.

Baik sekolah di sekitar kecamatan, kota kabupaten, atau bahkan lintas provinsi. Itu urusan masing-masing, sesuai reputasi sekolah, berdasarkan referensi masing-masing.

Sekira satu jam lamanya mereka di sini. Lalu berpamitan.

Menariknya, mereka langsung mencuci gelas dan piring biskuit tadi. Sebelum akhirnya pulang ke rumah masing-masing.

Mereka sekampung. Tapi rumah berjauhan di Desa Ketang. Sekitar seratus sampai lima ratus meter jauhnya, dari rumah kami di Kampung Lentang, Desa Lentang, Kecamatan Lelak.

Tak sampai seratus meter jauhnya mereka melangkah, saya mengambil ponsel. Cepat-cepat menulis artikel ringan ini pada aplikasi note.

Saya tak mau kehilangan ide atau inspirasi, untuk menulis tentang mereka, sore ini.

Saya jadi tercenung. Teringat lagi kisah kasih klasik tentang kami, di SMP atau SMA.

Tapi, cerita kami tentu berbeda. Bisa dimaklumi, karena kami dulu anak-anak asrama–SMP dan SMA.

Tiga tahun kami bersama di SMP. Dan tiga sampai empat tahun di SMA. Maka wajar dan bisa dimaklumi, bila mengadakan perpisahan seperti Nano dan tujuh kawannya tadi.

Pada zaman saya sekolah, saya tak mendengar cerita, bahkan tak ada anak-anak yang ceritanya seperti sore ini. Kini pun saya tak menemui cerita seperti delapan anak tadi.

Bagi saya, pemandangan sore ini begitu unik. Bahkan langka. Saya terharu. 

Mereka membuat saya jadi berefleksi lebih mendalam. Tentang pertemanan, hidup sosial, dan kekeluargaan.

Tujuh anak ini, masih kecil, baru tamat SD. Tapi mereka mengajarkan, bagaimana memaknai pertemanan, perpisahan, kepedulian, dan masa depan.

Sepuluh tahun ke depan, bila mereka membaca catatan ringan ini, barangkali mereka tersenyum. Atau tertawa. Atau bahkan malas tahu. 

Tapi, bagi saya, mereka adalah contoh. Mereka adalah anak-anak harapan. Generasi masa depan, yang sudah sedini mungkin memupuk kebersamaan, kekeluargaan dan solider. []

#10 Mei 2025

Posting Komentar untuk "Perpisahan"