![]() |
Dokpri |
Ini tulisan pertama saya selama beberapa hari ke depan. Mulai hari ini, 20 April 2025, saya menulis setiap hari, menuju senja dan pelukan sang malam.
Anggap saja tulisan ini sebagai spirit Paskah. Karena tulisannya dimulai hari ini, setelah perayaan Yesus bangkit dari alam maut.
Ini sebentuk komitmen saya. Bahwa saya akan membuat tulisan singkat. Hanya 500 kata. Tidak kurang atau mungkin sedikit lebihnya.
Hitung-hitung ini akan menjadi semacam refleksi harian. Atau terapi menjelang tidur.
Sebab saya akan mempublikasikannya sebelum tidur.
Saya yakin, sebelum tidur, pikiran, tenaga dan segalanya harus rileks. Agar tidur enak, mimpi pun indah. Siapa tahu ada “kiriman angka”.
Sebelum merebah di pelukan Sang Malam, menulis memang wajib. Itu komitmen saya. Selain, tentu berdoa dan bernyanyi dengan tonus kecil.
Pertanyaannya, mengapa saya berkomitmen untuk menulis tiap hari? Mengapa tidak mingguan, bulanan, atau tahunan? Dan mengapa baru sekarang?
Jawabannya sederhana. Beberapa jawaban ini sedianya menjadi pertimbangan saya.
Pertama, ingin merefleksikan pengalaman harian. Bahwa tiap hari saya punya pengalaman.
Aneka pengalaman, menjejali ruang ingatan. Bahwa tiap hari peristiwa sedih, gembira, sukacita dan cahaya dilewati.
Lantas dilewati begitu saja? Tentu tidak!
Mungkin ini terlambat. Seharusnya sudah sedari awal, sejak blog ini tercipta.
Atau sejak saya mengenal dunia tulisan-menulis atau jurnalisme, literasi dan lombok pedis.
Tapi tidak! Tidak ada kata terlambat. Lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali.
Kedua, ingin menulis pengalaman harian. Agar tidak lupa. Tadi ingin merefleksikannya. Kini menulisnya.
Eh, apa bedanya dengan poin pertama? Sudahlah. Baca saja.
Agar sedianya terus menjejak. Sedianya terus terbaca. Siapa tahu besok menjadi sejarah.
Anggap saja ini kompas. Panduan kehidupan. Pilar pribadi.
Tak kurang juga ingin memberi makna dan membekaskan ingatan. Ingin terus melatih bahasa tulisan saya. Ingin melatih ketajaman pisau analisis dan refleksi.
Atau semacam mengasah parang imajinasi, pikiran, talenta, dan lain-lain.
Selain itu, tulisan ini akan menjadi semacam “latihan terapi”. Ya, terapi jiwa dengan menulis. Terapi ingatan dengan kata-kata.
Sebab ada tertulis, “kata-kata yang tertulis akan abadi, dan kata-kata yang hanya diucapkan akan lupa”--verba volant scripta manent.
Ketiga, tulisan ini akan menjadi semacam bacaan ringan. Bacaan ringan dan relaksasi.
Bacaan selama ini terbilang berat. Mulai dari berita, cerita, hingga kenyataan.
Maka dari itu, jurnal harian ini akan menjadi bacaan rekreatif. Setidaknya untuk saya sendiri.
Syukur-syukur jika berdampak pada pembaca.
Atau jamuan refleksi malam pekat nan sunyi. Diary serampangan. Jurnal amal bukan ibadah.
Barangkali jurnal ini kelak menjadi memoar. Barangkali juga tidak. Tapi saya wajib menulisnya. Tulis saja.
Keempat, isi waktu nganggur, jobless. Pasca diberhentikan dari tempat kerja, per Maret 2025, saya benar-benar merasa kosong alias nol koma nol atau bahkan bingung.
Mungkinkah saya akan menulis berita lagi? Mungkin juga tidak?
Dan mungkin waktu yang akan menjawabnya.
Tapi satu yang pasti, bahwa saya kan tetap menulis. Ya, menulis.
Sejak saya bekerja di media ini, tahun 2010, tiap hari isi kepala dijejali berita, cerita, fakta, pendapat, dan tentu dikejar tenggat. Maka tiap hari menulis berita.
Lalu setelah menjabat redaktur atau editor per Agustus 2015, dan redaktur pelaksana di koran, hampir pasti tiap hari mengedit berita.
Juga menulis editorial. Jumlahnya harus 300 kata. Judulnya satu sampai dua kata. Sesuai ukuran space.
Editorial adalah analisis. Semacam sikap media terhadap berita, dalam rubrikasi.
Berita-berita itu, dari berita konflik sampai cerita yang asyik. Dari yang menggelitik hingga yang unik.
Dan hampir pasti selama itu, saya tidak punya tekad untuk melakukan refleksi pribadi.
Kini, dan esok, web ini juga akan menampung cari angin–catatan ringan nan dingin.
Barangkali edukatif, informatif, advokatif dan reflektif, seturut fungsi jurnalisme. []
#April 2025
Posting Komentar untuk "Langkah awal"