Panen imam di kampung kami (2/2)

Imam baru
Penjemputan imam baru di Lentang, 2 November 2025. - Dokpri

Naka anak rinding bara wua tuka
Anak Tuang Fabianus Nanto, MI
Ai lahos hia lakon danong 
dolong ngo sekola romo
Wiga ho’og haengn liha kawen sekola pater
 
Woko keor kelo we’e kete y, manga de pola stola one bokakn, ba kasulan anak tuang

Serani one nain

Agu ba panggal imamat one galan kamping tana dading agu natas bate labar

Ngajin kali ga porong neka koe gomal stola one bokakn
Neka koe sala lampan du celu agu caling domba-domba de Mori Ngaran

Porong titong agu sembeng tedeng len le Mori Mese
Prong uwa gula y kali agu bok leso
Mese bekek langkas nawa
Tedeng len … 

Porong poto ata do y ngo sekola romo
Dade ata hae y ngo sekola pater
Lawang ase kae ce Gendang Lentang
Ai hia de tuang te liman ce mai Gendang Lentang.

Syair ini saya tulis ketika hujan menghantam bubungan rumah pada Minggu malam, 2 November 2025. Idenya mengalir begitu saja. Semacam doa dan harapan. 

Praktis, saya tulis usai menata kursi untuk persiapan acara besok. Sambil menonton petugas dekor yang mendekorasi altar dan panti imam, saya mengetik pada aplikasi catatan gawai. Nyicil, biar tra lupa.

Sedang saya mengetik, yang lainnya, anak-anak, mengangkut dedak atau sekam padi. Lalu mereka menyiraminya di lantai tanah. Jaga-jaga jangan sampe licin.

Beberapa menit yang lalu ritual adat usai. Dihadiri perwakilan delapan ame di Lentang, anak rona dan anak wina (woe), serta gendang tetangga seperti Kalo, Pelus, dan Lamba.

Minggu siang tadi adalah saat dimana euforia menyelimuti kampung. Meski matahari menghantam kepala, semangat warga tak kendor. 

Hingga malam pun tiba, hantaman mentari berganti “air mata langit”. 

Sebab satu jam lamanya, sejak pukul 10 atau 11 siang, mereka menunggu sang imam baru, yang baru tiba pukul 1 siang. 

Berpayungkan sengatan si raja siang, warga tetap bersemangat. Anak-anak bahkan menyerbu kios-kios terdekat. Menghabisi air dingin kemasan dan makanan ringan. Sedangkan orang-orang tua ganda-ganda

Semua kompak berkemeja putih lengan panjang, kain songke dan penutup kepala atau destar. 

"Hidup Kampung Lentang!!!”

Hidup Kamilian!!” 

Hidup Paroki Rejeng!!” 

Yel-yel pembakar semangat ini jadi riuh. Apalagi saat imam baru dan rombongan tiba di depan mata. 

Rombongan imam itu datang dari Kampung Pahar–sekitar 20 kilo atau setengah jam perjalanan, lalu singgah di paroki menuju Gendang Lentang.

Imam baru
Imam baru menyalami umat usai misa syukur di Lentang, 3 November 2025. - Dokpri

Pater Fabi
 yang ditahbiskan pada 19 Oktober 2025 di Maumere, Flores, kemudian diarak menuju kampung. Berarak bersama  nyanyian tradisional rondayang dipimpin Kaka Sil Jandur. 

Aneka pasang mata dan langit biru tersenyum menyaksikan iring-iringan yubilaris. Tak ketinggalan dedaunan hijau sepanjang perjalanan. 

Siang berganti senja. Tibalah di Kampung Lentang. Di gapura kampung, beberapa perwakilan warga sedari tadi menunggu. Disertai robo atau kendi penyimpan tuak. 

Pater Fabi, MI yang dijemput ini adalah imam kelima di Lentang, sejak lima tahun belakangan. Kini Kampung Lentang panen imam. 

Penantian panjang sejak puluhan bahkan ratusan tahun lalu, kini langsung panen. Begitu ditahbiskan, lima memang. Berturut-turut sejak tahun 2020.

Anak kedua dari pasangan mendiang Benediktus Sudi dan Mama Monika Mamil ini, merupakan imam kedelapan ordo Kamilian dari Paroki Rejeng. 

Pastor Paroki Rejeng-Ketang RD Kosmas Hariman saat misa syukur di Lentang, 3 November 2025 mengatakan, ada empat orang dari paroki yang ditahbiskan pada Oktober 2025. 

Satu dari Kampung Subu (Montfortan) dan Kampung Pahar (Kamilian), stasi Pahar, satu dari Kampung Anam, Stasi Anam, dan Fabianus dari Kampung Lentang (Kamilian), Stasi pusat–stasi Ketang.

Per Oktober 2025, Paroki Rejeng-Ketang sudah melahirkan 47 imam--baik imam religius atau biarawan, maupun imam diosesan. Pater Fabi adalah imam ke-47. Dia imam ordo Kamilian ketiga dari Lentang. 

Tak hanya itu, sekitar 15 frater dari paroki ini sedang studi di Ritapiret, Maumere. Tak terhitung frater biarawan dan seminaris muda. 

Jumlah ini bukanlah sebuah prestasi. Semata berkat Penyelenggaraan Ilahi yang turun atas kampung Lentang. 

Di tengah derasnya perkembangan zaman dan kemajuan teknologi yang semakin canggih, toh kampung ini justru panen imam--meski baru lima orang

Anak-anak yang bersemangat menari, maen drama, menyanyi, baca puisi, dan segala jenis mata acara, dalam rangkaian syukuran, kiranya menambah gema doa hingga ke langit hati.

Berdoa dan terus berdoa adalah suatu keniscayaan--untuk menolong imam baru dan para imam lainnya, serta misionaris Katolik di seluruh dunia. 

Pater Fabi akan diutus ke tanah misi. Maka doa dan harapan umat beriman Kristiani sedianya menguatkan dia--dan imam lainnya dari rahim Gendang Lentang.

"Duc In Altum," kata Pak Alfons Jekaut, ketua panitia misa syukur, saat menitip sepatah-dua kata, 3 November 2025. 

Porong neka koe gomal stolan one bokak. Porong sembeng tedeng len le Mori mese. Porong neho wae teku tedeng, mboas wae woang, kembus wae teku, latang lawa serani. []

#2025
Timoteus Rosario Marten

Posting Komentar untuk "Panen imam di kampung kami (2/2)"