![]() |
Dua imam baru, Reverendus Pater Yohanes de Britto Nanto, SVD dan Reverendus Pater Ludovikus Raden SVD ketika dijemput di perbatasan Paroki Cancar dengan Paroki Rejeng-Ketang, Lagur. Dokpri |
Riuh rendah memenuhi kampung ini. Warga kampung mengenakan kemeja putih, mengikat kepala dengan sapu atau destar atau songkok bermotif songke, dan memakai sarung songke. Semua serba putih, dan motif songke.
Pater Rio segera pulang kampung, di tanah kelahirannya, di natas labar, Lentang, Ketang, Kecamatan Lelak, sehari setelah menerima sakramen tahbisan di Kuwu.
Ratusan bahkan ribuan warga yang berseragam tadi, sedang menunggu beliau. Di sebuah jembatan, di kawasan persawahan nan sejuk dan berkabut.
Hari itu adalah Minggu, 6 Oktober 2024. Langit tampak biru. Cerah disertai sengatan mentari, yang terus mencubit iring-iringan manusia.
Sambutan itu, sekaligus sebagai ekspresi kebahagiaan dan kebanggaan. Bahwa Kampung Lentang telah menerima rahmat istimewa. Bahwa Kampung Lentang, telah menerima terang Sang Sabda melalui sakramen tahbisan imam baru.
Pater Rio bergabung dengan ordo atau tarekat Serikat Sabda Allah atau SVD (Societas Verbi Divini) atau Soverdi, sejak kelulusannya di SMA Seminari Menengah St. Yohanes Paulus II Labuan Bajo, Flores.
Rio muda kemudian menjalani masa rohani atau novisiat selama dua tahun di Novisiat Sang Sabda Kuwu, Ruteng.
Anak pertama dari empat bersaudara, dari pasangan Bapak Alfons Jekaut dan Mama Sofia Jebian ini, melangkah lebih jauh lagi. Semakin mantap ke seminari tinggi, di Maumere, Flores.
Empat tahun lamanya ia bergelut dengan filsafat, di Sekolah Tinggi Filsafat Katolik (STFK) Ledalero, Maumere, Flores–kini IFTK (Institut Filsafat dan Teknologi Kreatif).
Rio terus berpacu. Menjalani panggilan Tuhan itu. Jalan terus, sembari melewati aneka rintangan. Hingga kelak ke puncak imamat.
Lau-lau poka lau-lau doal, pas watu pogol pok–Menerabas dan menebas kerikil dan onak duri, yang hampir pasti terus menemani perjalanan panggilannya.
Riwayat pendidikan dan panggilan
- 2001–2007 : SDK Lamba Ketang
- 2007–2010 : SMPK St. Stefanus Ketang
- 2010–2014 : SMA Seminari St. Yohanes Paulus II Labuan Bajo
- 2014–2016 : Novisiat Sang Sabda Kuwu, Ruteng
- 2016–2020 : Studi Program Filsafat di IFTK Ledalero
- 2020–2021: Menjalankan Tahun Orientasi Pastoral (TOP) di SMAK Syuradikara Ende
- Januari–Juni 2022 : Menjalani TOP di Paroki Sanctissima Trinitas, Runut, Maumere
- 2022–2024 : Studi Pascasarjana Program Magister Teologi di IFTK Ledalero
- 2 Juni 2024: Ditahbiskan menjadi Diakon oleh Mgr. Ewaldus Martinus Sedu (Uskup Maumere) di Ledalero
- Juni–September 2024: Menjalani Praktek Diakonat di Paroki St. Mikhael, Kalike, Solor Selatan, Flores Timur
- 5 Oktober 2024: Tahbisan Imam oleh Mgr. Siprianus Hormat di Novisiat Sang Sabda Kuwu
![]() |
Dua imam baru menyalami umat di pinggir jalan. - Dokpri |
Iring-iringan pria dan wanita, berseragamkan pakaian adat, dan anak-anak mulai memenuhi jalan Ruteng-Labuan Bajo, usai penyambutan. Ini perjalanan sekira satu sampai dua jam.
Saya tak sepenuhnya masuk dalam barisan iring-iringan itu, meski sudah berdestar, songke dan kemeja putih. Sesekali saya menepi dan menjepret.
Saya menangkap momen yang pas. Membidik yang unik. Semata untuk dokumentasi pribadi.
Karena saya percaya pada ungkapan “gambar atau foto adalah seribu cerita”. Dalam jurnalisme, yang saya praktik dan anut sejak 2010, tiada berita atau cerita tanpa foto.
Maka, saya selalu memotret. Kelak tulisan ini disertai foto. Siapa tahu berguna bagi pembaca. Yang paling penting adalah, itu bagian dari data.
Hingga tibalah di Paroki Ketang. Dia sambut iring-iringan manusia, ritual adat, hingga diarak dengan tarian ke Kampung Lentang. Bersambung. []
#2024
Posting Komentar untuk "Riuh rendah di natas labar (1/6)"